Pages

Islam dan Kemanusiaan

Sampai saat ini, kegelisahan tentang Islam dan kultur masih terus mengemuka. Berbagai pihak menyampaikan komentar dan pandangan pada masalah tersebut dari banyak perspektif. Sebagian melihat Islam dan kultur dari kacamata historis. Bahwa dalam sejarahnya, Islam telah menjalani proses persinggungan dengan sangat baik karena apresiatif terhadap budaya dan kultur yang diterapkan pada suatu masyarakat tertentu. Sementara, sebagian lain mengatakan bahwa Islam hanya mempunyai wajah satu, yaitu Islam Arab yang merupakan citra Islam ideal. Sehingga, segala hal yang ditetapkan di sana pada masa risalah keagamaan adalah pesan yang dapat dicopy apa adanya tanpa melalui dialog dengan masyarakat.

Dalam hal ini, amat penting sebenarnya mengetahui Islam dan kemanusiaan. Islam dan kemanusiaan harus dibedakan tetapi sama sekali merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Islam adalah tata nilai moral universal—sebagaimana itu dikenal dengan istilah salih likulli zaman wa makan. Sementara kemanusiaan adalah dimensi yang menyejarah yang secara tentatif dimiliki oleh manusia. Karena Islam merupakan ajaran universal, ia dapat diterapkan oleh semua orang dari berbagai kalangan. Masyarakat yang mempunyai konstruk budaya dan tradisi apa pun dapat menjalankan ajaran Islam yang elastis tersebut. Oleh sebab itu, Islam yang diterapkan di Arab sebenarnya selalu menyisipkan prinsip-prinsip substantif dari setiap gerak dan jangkauannya. Prinsip-prinsip itulah yang nantinya dapat diambil dan diterapkan oleh masyarakat yang berada di belahan bumi lain.

Lantas, bagaimana dengan penerapan-penerapan hukum, moral, mu’amalah, dan sebagainya yang dijalankan di masyarakat awal Islam diturunkan? Nah, di sinilah unsur kemanusiaan bermain. Masyarakat yang berada di berbagai wilayah dan dalam lintasan waktu yang berbeda, mempunyai tradisi dan kebudayaan yang beragam. Mengapa demikian? Penulis menganggap itu merupakan hal yang wajar. Masyarakat adalah kumpulan orang yang tidak lepas dari dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu terdapat pada watak perubahan yang mesti terjadi dalam setiap penggalan tempat dan waktu selama manusia itu menjalankan fungsi sebagai manusia. Perubahan merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Dengan demikian, golongan maupun suku manapun selalu mengalami karakter kemanusiaan tersebut. Tidak luput dengan umat Islam. Ia terus berjalan beriringan dengan perubahan-perubahan itu.

Melalui ini, niscaya kaum muslimin menyadari betapa apa yang diterapkan di Indonesia tentang Islam tidak serta-merta secara taken for granted ajaran Islam yang berlaku di Arab. Melainkan, umat Islam Indonesia harus menjalankan keberagamaannya yang arif dengan masyarakat Indonesia. Umat Islam mempunyai tugas besar untuk menerjemahkan Islam Arab ke dalam Indonesia. Dengan prinsip ini, penulis yakin, tidak ada permasalahan bagi umat Islam dengan pemberlakuan undang-undang kenegaraan. Tentu, yang hal-hal yang bisa diambil nilai substansinya tersebut adalah bagian interaksi antarmanusia, hukuman bagi pelaku kriminal, dan sebagainya. Wallahu a’lamu bi al-shawab.

0 komentar:

 
Powered by Blogger